Banyak dari kita mungkin akan menjawab, tim adalah suatu regu yang dipimpin oleh seorang pimpinan di level supervisor / manager, beranggotakan 5 – 10 orang staff dan disertai dengan tugas dan fungsi tertentu.
Misalnya, di divisi keuangan, ada tim A/P, tim A/R, tim Pajak, Procurement, dll. Di HR ada tim recruitment, tim L&D, tim HR Services, atau tim HRBP.
Di IT mungkin ada tim front end, tim back end, atau tim network. Dst.
Yang jadi masalah adalah, sering kali kita melihat “tim lain”, apalagi dari divisi / departemen yang berbeda, bukan sebagai bagian dari “tim kita”. Kita menyebut tim lain sebagai “mereka”.
Jika dilihat seperti itu, apakah tim account payables di divisi keuangan itu tidak “satu tim” dengan tim recruitment dari divisi HR?
Dua tim tersebut memang memiliki tugas dan fungsi yang berbeda. Tapi perlu disadari bahwa sejatinya, kedua tim tersebut bekerja untuk mencapai tujuan perusahaan yang sama.
Bahkan, antar tim dapat saling mempengaruhi satu sama lain. Kinerja yang lambat dari sebuah tim dapat memberikan “butterfly effect” pada tim-tim lain yang mungkin secara kasat mata tidak bekerja sama secara langsung.
Jadi apabila dilihat secara “helicopter view”, semua orang yang bekerja dalam satu perusahaan, sejatinya adalah 1 tim. Yang harusnya bisa bekerja sama, melalui pembagian tugas dan fungsi masing-masing, untuk mencapai tujuan perusahaan.
Dan yang paling berperan terhadap kesuksesan kerjasama ini, sejatinya ada pada hubungan antar pimpinan.
Setiap pemimpin tim, apakah itu supervisor, manager, GM atau VP, perlu menyadari bahwa mereka merupakan adalah “anggota tim” dari kelompok yang lebih besar. Yang mana dengan sesama anggota tim lain perlu bisa bekerja sama dengan baik.
Dalam framework GRPI yang dikemukanan oleh Richard Beckhard (1972) menyatakan bahwa sebuah tim yang efektif perlu memiliki tujuan (Goals) yang sama, pembagian peran (Roles) yang jelas, dituangkan kedalam alur kerja (Process) yang jelas, dan memiliki hubungan (Interpersonal) yang baik.
Keberhasilan dari sebuah perusahaan sangat bergantung dari kemampuan kerjasama ANTAR pemimpin dari tim / divisi / departemen yang berbeda.
Berikut adalah 3 hal yang bisa dilakukan oleh para pimpinan dalam membangun hubungan yang kuat dalam perusahaan:
1. Membangun hubungan informal
Para pemimpin sangat perlu membangun hubungan informal dengan pemimpin lain. Bisa dilakukan dengan makan siang bersama, ngopi-ngopi cantik, atau aktif dalam kegiatan hobi diluar kantor.
2. Rapat Lintas Fungsi
Sesekali perlu diadakan rapat (meeting) lintas fungsi dalam membahas suatu permasalahan perusahaan. Bagaimana satu masalah spesifik dapat dibahas menggunakan kacamata fungsi yang berbeda. Dan satu fungsi bisa saling belajar dari fungsi lain.
3. Pertukaran karyawan
Alangkah seru nya jika bisa dilakukan program “pertukaran karyawan” antar fungsi. Mungkin staff dari legal bisa bertukar dengan staff dari operasional selama 3-6 bulan. Hal ini dapat membantu divisi yang satu mendapatkan perspektif dari divisi lain.
Jika para pemimpin bisa membangun hubungan yang kuat dengan pemimpin lain, maka disitulah kecepatan dari roda mesin perusahaan akan berputar lebih cepat, lebih mulus, lebih kuat. Dan akan menghasilkan produktivitas serta engagement lebih tinggi.
Semoga bermanfaat.
Rono Jatmiko
Consultant
Duage Management.
Duage Consultant
Learning and Development